Seorang bule bertubuh tinggi besar bergegas ke luar ruangan Teater Kecil Taman Ismail Marzuki (TIM), Cikini Raya, Jakarta Pusat. Langkahnya acuh saja. Sembari berjalan lurus, dia kemudian mendekati penyair Taufiq Ismail yang tengah dirubung banyak orang.
Setelah sampai di dekat Taufiq, ia menyalaminya.
''Selamat ya. Pidato kebudayaan Anda bagus sekali. Tapi ingat, media massa Indonesia juga banyak sampahnya. Lihat siaran televisi Anda. Bayangkan kalau di Amerika tayangan itu diputar pada pukul 03.00 pagi, di sini malah diputar pada prime time,'' kata si bule sembari memegang tangan Taufiq. Yang
disalaminya pun membalas dengan senyum simpul. ''Terima kasih Tuchrello.
Memang demikian adanya. Maaf, kalau banyak mengambil contoh negara Anda,''
jawab Taufiq.
Setelah sampai di dekat Taufiq, ia menyalaminya.
''Selamat ya. Pidato kebudayaan Anda bagus sekali. Tapi ingat, media massa Indonesia juga banyak sampahnya. Lihat siaran televisi Anda. Bayangkan kalau di Amerika tayangan itu diputar pada pukul 03.00 pagi, di sini malah diputar pada prime time,'' kata si bule sembari memegang tangan Taufiq. Yang
disalaminya pun membalas dengan senyum simpul. ''Terima kasih Tuchrello.
Memang demikian adanya. Maaf, kalau banyak mengambil contoh negara Anda,''
jawab Taufiq.